Sunday, October 21, 2007

Peresmian GOR PB Djarum

Harus Jadi Center of Excellence Layaknya pesta olahraga, pembukaan GOR Bulutangkis PB Djarum di kawasan Jati, Kudus, Sabtu (27/5) begitu meriah. Tidak hanya ditandai dengan pentas seni pagelaran apik sejarah perjalanan klub hasil olahan koreografer Djaduk Ferianto, tetapi juga dengan pesta kembang api. Apa sasarannya?

Pantas rasanya PB Djarum perlu merayakan peresmian GOR baru yang dibangun selama dua tahun dengan pesta besar. Maklum, GOR yang memiliki luas 29.450 meter persegi di atas lahan seluas 43.207 meter persegi itu memang menjanjikan sejumlah kehebatan.
Kelebihan itu tentu karena untuk mewujudkannya sampai menghabiskan dana Rp 30 miliar. Gedung untuk menggantikan GOR lama di Kaliputu itu memang bertaraf internasional. Bahkan, konon gedung ini merupakan yang terbaik di Asia Tenggara.

Gedung baru ini memiliki bangunan terpadu yang bergaya arsitektur minimalis. Selain ruang perkantoran, ada lapangan bulutangkis, ruang makan, pertemuan, audio visual, perpustakaan, komputer, fitnes, asrama pemain, dan rumah pelatih. Khusus gedung olahraga, terdapat 16 lapangan yang terdiri dari 12 beralaskan kayu dan sisanya beralaskan vinil, dengan tribun penonton di kedua sisi.

Tak heran, banyak pihak yang menyebut Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur pun bisa disebut kalah bagus. “Agak minder juga kalau melihat fasilitasnya seperti ini dibandingkan Pelatans Cipayung,” sebut Christian Hadinata, pelatih Pelatnas Cipayung sekaligus mantan pemain PB Djarum.

“Dengan fasilitas mewah yang dimiliki, semoga bisa menggugah semangat adik-adik untuk berlatih lebih semangat lagi. Saya yakin suatu saat nanti akan lahir juara dunia lagi dari sini,” tutur Alan Budikusuma.

Kembalikan Supremasi
Alasan dibangunnya GOR baru ini, menurut Ketua POR Djarum, F.X. Supanji, adalah untuk mengembalikan supremasi bulutangkis Indonesia yang belakangan terpuruk. Apalagi, PB Djarum pernah gilang-gemilang ketika Indonesia merebut Piala Thomas 1984 di Kuala Lumpur.
Kala itu, dari delapan pemain, tujuh di antaranya berasal dari PB Djarum, yaitu Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo. Satu pemain lagi adalah Icuk Sugiarto. “Demi mengembalikan supremasi itu, kita tidak pernah kendor dan tetap konsisten selama 36 tahun untuk melakukan pembinaan pemain,” tegas Supanji.

PB Djarum berdiri tahun 1969. Awalnya hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi bagi karyawan di gudang rokok di Jl. Bitingan Lama, Kudus. Namun, pada tahun 1970, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, tetapi juga pemain dari luar. Dari sinilah tonggak pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain nasional dimulai. Demi tuntutan tersebut, akhirnya tahun 1982 dibangun GOR di Kaliputu dengan 11 lapangan.

GOR Kaliputu akan tetap dipertahankan. Nantinya diserahkan kepada Pengcab PBSI Kudus bagi pembinaan pemain muda.

“Kini, sebagai bentuk komitmen Djarum bagi olahraga, kami akan berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan atlet tingkat dunia sebanyak mungkin,” sebut Chief Operating Officer PT Djarum, Victor Hartono.

Sementara itu Ketua Umum PB PBSI, Sutiyoso, mengharapkan GOR ini menjadi tempat yang sangat prestisius bagi para atlet potensial ditempa menjadi juara dunia. GOR Jati bukan lagi tempat untuk pemain yang hanya juara RT.

“Kudus dan PB Djarum harus menjadi center of execellence bagi dunia perbulutangkisan Indonesia,” tutur Sutiyoso. “Karena lewat bulutangkis, derajat bangsa Indonesia bisa terangkat.”
Saat ini pusat pelatihan PB Djarum di Kudus diikuti 33 atlet putra dan 32 putri. Sementara itu di Jakarta diikuti 45 atlet, yang merupakan pengembangan khusus ganda. Semoga harapan Bang Yos menjadi kenyataan!

Broto Happy W.
GOR PB Djarum, Jati
Dibangun sejak 2004 dan diresmikan 27 Mei 2006
Luas lahan 43.207 m2
Luas bangunan 29.450 m2
Kelompok Bangunan
1. Gedung Olahraga 4.925 m2 (16 lapangan)
2. Bangunan Penunjang 830 m2
3. Ruang Makan 414 m2
4. Asrama Atlet 1.834m2 (40 kamar)
5. Rumah Pelatih 312 m2

2 comments:

raden kurniawan said...

salut buat PR Djarum & Mr.Victor.

Bentuk kepedulian dan nasionalisme.

Saya dengar Ari Sihasale akan buat film dengan tema bulutangkis dengan tujuan galakkan semangat berprestasi bibit muda Indonesia, dengan bintang Liem Swie King? Mungkin bisa disponsori Djarum dengan setting Kaliputu dan bintang cilik King diambil dari atlet yg rajin berlatih di sana..dipilih pasti ada yg mirip-mirip dikit sama kecilnya King. Just an idea. GBU

raden kurniawan said...

salut buat PR Djarum & Mr.Victor.

btw di koran katanya Ari Sihasale mau buat film tema bulutangkis dengan bintang Liem Swie King ya? usul saja, bagaimana kalau jaru jadi sponsor dan setting benar2 di Kudus.. sedangkan atlet King cilik bisa dipilih dari bibit2 yg rajin berlatih di Kaliputu...pasti ada lah yg mirip King. Juga buat motivasi atlet muda yg lain. semoga. GBU